Wawancara Jurnalistik

Wawancara selalu terkait dengan jurnalistik, sepenuhnya baik dalam teori atau pun praktek. Bahkan diketahui kemenarikan yang didapat dari wawancara tersebut adalah mendapat hasil liputan berita mengenai hal yang dikemukakan kepada masyarakat bersifat fakta atau pendapat. Jika wawancara dan jurnalistik selalu terhubung dengan pemberitaan dan khalayak luas, bukan berarti dapat menutup kemungkinan pengolahan bahasa menjadi kesan secara langsung.

Wawancara jurnalistik selalu mengambil pesan dalam pemberitaan sebagai jual beli produk jurnalistik yang menghancurkan kekokohan lembaga atau organisasi dari wawancara tersebut. Merasa gagalnya dalam mewawancarai, biasanya disebabkan banyaknya sumber teori dan praktek secara bertahap yang selalu bergantung dengan waktu. Seharusnya dari kata journalistik yang secara etimologis du jour (sebuah catatan harian) diketahui bahwa sebuah wawancara dan jurnalistik ini merupakan pemberitaan yang dilakukan harian/setiap hari sesuai dengan bahan berita menarik yang diperbincangkan masyarakat khalayak luas.

Wawancara jurnalistik harus dapat menggali tema dari berita melalui kesan, pendapat, atau pikiran menarik dari informan berita wawancara menghubungkan antara fakta dan opini yang menjadikan berita semakin hidup atau tidak membosankan. Wawancara bukan hanya bagaimana memberi pertanyaan sebanyak-banyaknya dan menggali seluas-luasnya. Namun hal utama yang diperlukan adalah pembawaan rasa nyaman antara narasumber yang didapat dari pewawancara tersebut, lebih baik jika pewawancara lebih mengenal narasumber dengan mencari data riwayatnya. Berusahalah untuk menembus dan menggali narasumber yang memberikan kemampuan dalam kesuksesan sebagai seorang jurnalis.