Ketika 1 senyum Hilang

Aku masih ragu ketika kudekati sebuah keceriaan itu, semakin ragu lagi ketika peristiwa demi peristiwa membuat aku mati rasa. Masalah demi masalah yang seharusnya tak pernah ada, hingga akhirnya aku berhenti bercakap-cakap dan menggerutu panjang lebar, merasakan gigi yang semakin basah olah jailan ludah. Aku pun semakin tak ingin menoleh karena aku hanya ingin tersenyum untuk surganya di pagi hari. Bathinku tersiksa, namun semakin hari aku pun mencari jawabnya di atas langit biru yang menerawang terbit matahari.

Mengancamku atau menakutiku untuk dapat tersenyum tanpa rasa beban, dan mencari jati diriku yang hilang. Aku semakin tahu, kalau aku merindukannya yang telah lama hilang. Hujan, taman, sekolahku, sahabat, kasih sayang, cinta, semuanya kembali hadir membangunkan aku pada masa yang indah itu.

Ada sebuah peristiwa yang menghilangkan 1 senyum itu, aku merasakan ketegangan masa kecilku yang menjadikan aku lebih baik diam, dan tak ingin berkutik dari kesendirian. Ketika kehilangan hanya menjadikan aku lebih baik dalam kesendirian, tak menampik hidupku. Aku merindukannya, kangen padanya, ingin bertemu dengan dirinya. Tetapi itu semakin tidak mungkin, bahkan untuk tersenyum padanya sangat sulit. Sahabat jika engkau masih ada, aku akan mengatakan bahwa aku sangat menyayangimu selamanya. Dalam hatiku, dan jiwaku aku selalu mengingat kebaikanmu. Kebaikanmu untuk membuat aku selalu bertahan, tak mengeluh, dan tak mementingkan perasaan.