Hilang atau Mati....

Pikirku kini kacau, tak henti-hentinya air mata menjadi samudera pelampiasan hatiku yang pilu. Mengeluh seperti anak balita yang mengingkan benda unik yang baru ditemuinya. Harusnya tak pernah terjadi, bertemu dengan suasana lingkungan yang menjadikan diriku seperti mengangkat beban, sangat berat. Berat sekali. Tenggelam di jalur yang salah, menanti apa yang seharusnya tak patut untuk dinantikan. Bahkan aku tersadar, mungkin hanya diriku manusia yang paling bodoh di dunia ini.

Aku ini hanya bisa mengukur diri orang lain, tanpa memikirkan apa yang kurasa, apa yang kumengerti tentang pengubahan. Untuk berubah pun rasanya sulit, hanya sia-sia saja. Bertanya-tanya ketika sebuah peristiwa menjauhi semakin menyiksa pikiranku. Tak terlihat kasat mata, terikat kata-kata, semakin menyerang setiap tubuh-tubuh yang semakin tergontai. Tak ingin mengenalnya lagi, ingin kabur sejauh-jauhnya. Tak ada yang menemukan bahkan lebih baik lagi jika tak ada kepedulian. Aku ini hanya sebuah parasit baginya, tetapi justru pikiran inilah yang menggelayut bahwa tak sepenuhnya mereka mengujar kata demi kata yang mencekam perasaanku dan membuatku regang2 persendianku.

Kalimat demi kalimat, hanya dapat tersimpan dalam sebuah buku kecil nan manis yang menegarkan dan membuatku semangat menjalani hari demi hari. Mencela kini tak ingin terungkap lagi, kalau tahu jatuhnya hanya menyakitkan dan mengernyitkan dahiku menahan emosi.

Pikiranku menggelayut antara dua pilihan, menghilang atau mati.