Renungkanlah !!!

Jika Aku yang Meminta
Justru Aku Tak Berharap



Dari kertas yang kuremas hingga berbentuk bola kecil. Semua kutuliskan dari semua

yang ada padaku, baik itu yang sempurna atau dicampur oleh banyak warna hingga

menjadi yang tak sempurna. Dari berbaris-baris permintaanku pada bumi yang tanahnya

sebagai penyempurnaannya hingga tak mungkin manusia tidak menginjaknya. Namun dalam

sendiri dan tangan yang gemetar seakan-akan tak patut aku menulis semua permintaan

itu. Hingga aku seakan tak pernah berharap dari semua permintaan itu akan ada dan

hidup pada diriku, dari hal termudah sampai hal tersulit. Aku merenung dengan kertas

berbentuk bola ini yang kugenggam, mungkinkah aku dapat melakukannya ?

Sepatutnya aku manusia yang membutuhkan bantuan oleh sesamanya. Apalah daya hingga

aku justru semakin tak patut meminta bantuan padanya. Manusia sekarang bukanlah

dahulu, yang hanya sibuk untuk hidupnya sendiri. Bahkan melupakan dirinya sebagai

penolong sesamanya, sebagai pemberi jalan keluar untuk setiap jalan pada sesamanya,

apa yang mereka pikirkannya untuk jalannya saja hingga mereka melupakan alam sebagai

penyempurna hidupnya. Hingga mereka disibukkan dengan hal yang tak berguna, padahal

waktu adalah penyempurna bagi perubahan hidupnya.

Kemanakah jiwa empati mereka, dimana rasa kasih sayang yang seharusnya tumbuh pada

semua manusia. Apakah yang menjadikan bumi menumpahkan kemarahannya ?

Hingga banyak darah yang tak mengalir lagi,dan nyawa banyak yang terlepas. Tak ada

yang dapat menyingkir sekalipun manusia itu yang paling kuat di dunia. Kini mulailah

merenung bahwa manusia adalah tanah yang dapat diinjak oleh tanah (manusia). Itu

artinya manusia merendahkan dirinya hingga derajat paling rendah, disebabkan rasa

solidaritasnya dan keikhlasannya untuk membantu manusia sebagai ungkapan bahwa

manusia sebagai makhluk sosial tidak ada bedanya dengan piciknya manusia itu sendiri.