Terima kasih Tuhan, atas Segalanya...

Aku selalu berpikir, mengapa orang mampu mempertahankan apa yg tidak pantas untuk dipertahankan. Amarah, kebencian, rasa sesal dalam hidupnya, aku pun saat mengingatnya hanya membuatku menjadi orang yg terpuruk. Hidup dengan masa lalu yg kelam saat masa kecilku membuatku mengerti dan memahami harus seperti apa kedepannya nanti. Sungguh mungkin orang lain mengedepankan rasa egoisnya, namun aku berusaha menghindarinya karena bila aku mempertahankan maka aku hancur oleh diri sendiri.

Ya Tuhanku, Engkau lebih mengetahui semuanya tentang aku. Namun tidak pernah terbersit dipikiranku bahwa ini adalah penerimaan secara tidak adil dari-Mu. Karena sungguh saat aku menceritakan masa lalu yg penuh dengan petaka dengan orang2-orang terdekat pun mereka tidak mempercayainya, kalau aku bisa setenang ini bahkan setegar ini. Berusaha tidak akan selalu menyalahi orang-orang yg menghancurkan setengah dari jati diriku. Aku mempercayai-Mu hampir 100 persen hingga tidak ada yg mampu menyudahi pikiran besarku kedepan. Aku lelah, dan biarkan lelah ini menjadi rasa bahagia terbesarku nantinya untuk banyak orang. Engkau pun tahu hidup terbesarku adalah ketika aku mampu menghilangkan keegoisanku untuk orang banyak.

Hal terindah, aku memang bisa menangis sepanjang hari oleh peristiwa menyakitkan tetapi aku tidak ingin menghapus setiap rasa bahagia yg kuterima walau hanya sedetik saja. Aku tahu berapa banyak orang yg membenciku, karena besarnya usahaku untuk menyikapi segalanya dengan baik. Aku tidak lelah untuk memperioritaskan kebaikan itu, karena itu menyangkut orang banyak..

Bagiku semangatku saat ini adalah keluarga, terutama Ibu tercinta yg kupunya. Saat aku bertindak salah, wejangannya membuat aku mampu berdiri lagi. Mampu tersenyum lagi, dan menghela nafas dengan perlakuan orang lain yg berusaha menjatuhkanku. Ibu jika aku bisa secepatnya mengubah setiap perlakuan seseorang dalam hidupmu yg membuatmu trauma, aku akan melakukannya secepat aku bisa. Namun itu hanya terdapat dalam memoar hidupmu bukan aku. Sungguh suatu saat, aku membalasnya walau tidak bisa berkali lipat seperti angan-anganku saat ini. Aku hanya tidak mau melakukan sesuatunya dengan cara instan yg ujung-ujungnya memenjarakanku pada kesalahanku atas nama Tuhan.

Saat Ibu bilang kesucian adalah mahkota terindah yg harus kuberikan untuk orang yg paling mencintaiku, dan yg akan kuucapkan cinta setiap harinya. Itulah hal bahagia yg aku yakin pasti akan kuterima.  Aku tahu hidupku tidak pernah seberuntung orang lain, tetapi kata-kata itu hanya mampu kudengar dari mulut orang lain bukan dari mulutku sendiri. Tuhan aku mencintai-Mu, dan cintaku ini karena seorang ibu yg selalu mengingatkan kebaikan dan beribu kebaikan yg harus kujalani.

Tuhan berapa banyak orang yang mencela, tanpa memahami terlebih dahulu.  Terkadang aku pun seperti itu, sungguh Tuhan aku sesalkan adalah orang-orang yg sangat kusayangi menghindari diriku tanpa alasan yg jelas atau dengan alasan kebaikan yg ingin aku selalu tuntun. Hal ini sungguh menyakitkan bahkan yg paling menyakitkan itu menjadi hujatan, sok-sok'an, atau bahkan sok jadi orang benar.

Terima kasih Tuhan, Engkau selalu memberikan saran terbaik lewat ibu yang mencintaiku dengan segenap rasa. Lewat sahabat-sahabat sejati yg mampu mengkritikku langsung di saat aku benar-benar salah, bahkan lewat beberapa guru yg tetap ada untuk memberiku pilihan terbaik.