Pilihan dan Dewasaku

4 hari ini adalah hari tenang aku, mencari sesuatu yg membuat aku senyaman mungkin dengan kemungkinan yg ada. Benar ia, Allah itu selalu ada di saat aku sulit atau pun tidak. Sepertinya saat muhasabah itu membuat aku mampu untuk tetap tersenyum dan merasa lebih berarti di hidup ini. Aku bukan lah malaikat yg selalu memberikan kebaikan dimana pun aku berada. Aku terkadang juga masih suka berbuat salah kok. Intinya masih sama, kalau aku hanya manusia yg terkadang masih suka khilaf. Di saat merasakan hal salah, setidaknya Allah SWT masih ada bersamaku. Lewat mama lah, yg selalu mengingatkan aku untuk tetap mengingat-Mu diwaktu aku lagi banyak masalah juga saat lagi bahagianya.

Yang aku ingat, memang cuma mama yg selalu jadi motivator utama. Tidak jerah-jerahnya mengingatkan aku meski masih sering mengulangnya. Tetapi itu faktor dari pencarian jati diri, selagi aku masih mengenal dan paham mana yg baik atau pun tidak sepertinya itu tidak menjadi masalah.

Saat ini ada yg beda. Pertama kali mama kasih aku kebebasan soal pilihan masa depanku. KULIAH. Saat aku meminta kuliah di UNAS, jawaban mama juga singkat.

"Yaudah, Kalau maunya di sana", jawab mama santai. Biasanya, mama itu banyak tanya. Masih ingat pas pertama aku memilih SMP , SMA, bahkan tempat les sampai masalah aktivitas di luar, mama adalah orang pertama yg mencari pertanyaan tentang ini, itu, bagusnya apa, bakal bisa pegang kepercayaan apa tidak, prospeknya ke depan mau bagaimana.

Sempat kaget sih, jawaban singkat yg tidak pernah aku pikirkan kalau mama akan bertindak seperti itu. Baru saat kuliah aku merasa benar-benar bisa memilih sesuai bibit bobotnya dari diriku sendiri. Saat itu mungkin puncaknya mama memintaku untuk mulai dewasa walaupun tidak dengan pembicaraan langsung.

Begitu pun saat dimana aku meminta pindah kuliah, jawaban mama justru lebih sederhana lagi.
"Terserah kamu aja", dan masih tetap tersenyum membuat aku nyaman untuk menindak lanjuti. Sebenarnya aku tahu maksud dari setiap jawaban itu, mama hanya ingin aku tetap konsekuen dengan keinginan aku.

Mulanya aku masih memikirkan untuk pindah ke hukum, ini bisa dibilang ketiga kalinya aku mengikuti maunya diriku. Mama, tidak sedikit pun marah.

Seakan-akan aku seperti orang bodoh, dengan pilihan ini. Saat dimana aku hanya masih bingung tetapi mama tetap memberi restu tentang hal itu. Jujur, sebenarnya aku merasa bersalah karena mengecewakan mama (walaupun mama tidak merasa dikecewakan). Tetapi pasti itu sudah jadi hal yg mengecewakan.

Aku juga selalu berharap bukan hanya mama yg merestui tetapi Allah SWT tetap ada dalam pilihanku ini. Saat bermuhasabahlah, seperti curhat dengan-Nya. Hanya Engkaulah yg bisa menjawab ini benar atau tidak untuk aku lanjuti.

Aku memilihnya bukan untuk diriku, hanya Engkau lah yg maha mengetahui...
Semoga ini menjadi manfaat yg besar untuk orang banyak..
Amin!!